Minggu, 01 Juni 2008

Memahami makna Salam

Oleh : Mas Arifin Salamun

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dan Abu Dawud, Rasulullah pernah bersabda :


عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؛ " لاَ تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا، وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أوَلاَ أدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذْ فَعَلْتُمُوْهُ تَحَاببْتُمْ ؟ أفْشُوْا السَّلامَ بَيْنَكُمْ" .( رواه مسلم وأبو داود والترميذي ).

Artinya :
“ Di ceritakan dari Abu Hurairoh ra, beliau berkata : Bersabda Rasulullah SAW : “ Anda semua tidak akan masuk surga kecuali jika Anda seorang mukmin, dan Anda belum sempurna di sebut seorang mukmin kecuali jika Anda sekalian saling mencintai dan mengasihi. Apakah Anda sekalian suka jika aku tunjukkan sesuatu perbuatan yang jika Anda melakukannya, Anda sekalian akan saling mencintai dan saling mengasihi ? Tebarkan salam diantara Anda semua’’. ( HR. Imam Muslim, Abu Daud dan Imam Tirmidzi ).

Setidaknya ada dua pesan penting yang bisa kita ambil dari hadits diatas, dan kedua pesan tersebut memiliki hubungan erat yang saling berantai. Pertama pesan tentang iman, dan kedua pesan tentang persaudaraan.

Masalah iman adalah pokok dari segalanya. Dengan ungkapan dan bahasa lain, Rasulullah seakan bersabda kepada kita, jika Anda sekalian ingin masuk surga, maka berimanlah. Dan iman Anda belumlah sempurna kecuali setelah Anda sekalian saling mencintai. Tampak sekali hubungan erat dari dua masalah ini, sebab untuk meraih kebahagiaan akhirat memang syaratnya tidak cukup hanya dengan membawa iman, tetapi tabungan amal yang cukup juga sangat menentukan. Diantara amal yang dipesankan Rasulullah adalah kepedulian kita terhadap orang lain dengan saling mengasihi dan saling mencintai.

Ujung hadits ini menuturkan bahwa jalan yang perlu ditempuh untuk meningkatkan kepedulian kita dengan saudara seiman dan orang-orang sekeliling kita adalah dengan menebarkan salam. Dan salam, sebagaimana yang telah kita pahami adalah mengucapkan “Assalamu`alaikum warohmatullohi wabarokatuh”. Jika memang demikian, maka pesan Rasulullah : Tebarkan salam, maksudnya adalah senantiasa mengucapkan “Assalamu`alaikum warohmatullohi wabarokatuh” setiap kali kita bertemu dengan saudara-saudara kita yang seiman dan seaqidah.

Mengucapkan salam berarti mendoakan. Mendoakan agar orang yang menerima salam kita mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan serta keberkahan dalam hidupnya. Jika kebiasaan mendoakan saudara kita dengan mengucapkan salam menjadi sebuah tradisi yang kontinyu dan berkesinambungan dalam hidup kita sehari-hari, Rasulullah - dalam hadits diatas - menjamin akan terciptanya suasana harmonis dan rukun dalam kehidupan, sehingga hidup ini makin barokah dan bermakna. Jika memang demikian, alangkah mudahnya menciptakan keharmonisan dan kerukunan dalam hidup ini. Cukup dengan mentradisikan salam di setiap bertemu dengan saudara seiman. Sangat praktis dan mudah, bahkan mungkin sangat ekonomis sebab memang tidak membutuhkan biaya sepeserpun.

Permasalahannya, realitas dalam kehidupan tentu berbeda. Banyak orang yang terbiasa mengucapkan salam, namun hatinya masih tetap keras dan tidak peka dalam kehidupan. Ia memang sudah mengamalkan pesan Nabi agar menebarkan salam, namun ia belum mampu meraih buah dari sebuah doa yang dikemas dalam kata salam. Mengapa ? Apakah Rasulullah salah memberikan tuntunan bahwa kunci keharmonisan adalah menebarkan salam ? Tentu saja tidak salah.

Rasulullah memberikan tuntunan bahwa kunci keharmonisan adalah menebarkan salam. Namun maksudnya tentu tidak sekedar mengucapakan “Assalamu`alaikum warohmatullohi wabarokatuh” pada setiap kali bertemu dengan saudara seiman, namun yang dikehendaki Rasulullah tentu lebih dari itu. Kata salam berasal dari bahasa arab, secara etimologi artinya keselamatan, kedamaian, ketenteraman, kenyamanan dan penghormatan. Lalu dari kata salam, dikemas lafadz doa : “Assalamu`alaikum warohmatullohi wabarokatuh” yang kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi : “ Semoga Allah melimpahkan keselamatan, kasih sayang dan keberkahan kepadamu sekalian”.

Jika kita mau merenungkan makna salam, baik dari segi makna etimologi maupun makna yang terkandung dalam lafadz doa “Assalamu`alaikum warohmatullohi wabarokatuh”, maka kita akan menemukan jawaban bahwa yang dikehendaki Rasulullah dengan pesan “ tebarkan salam diantara Anda sekalian” adalah menyebarkan keselamatan, kedamaian, ketenteraman, kenyamanan dan penghormatan diantara umat manusia dan bukan hanya sekedar mengucapkan “Assalamu`alaikum warohmatullohi wabarokatuh” saja, lalu keharmonisan hidup tercapai dengan mudah.

Jadi disamping mengamalkan pesan Nabi dengan membiasakan diri bersalam ketika bertemu dengan saudara seiman, hendaknya kita juga memtradisikan menebarkan makna salam secara lebih jauh. Artinya, jika saudara kita berada dalam kondisi yang jauh kurang baik, hidupnya miskin dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka menjadi tugas kita menebarkan salam dengan menyantuni mereka, agar makna salam menjadi nyata dalam kehidupan. Demikian pula jika diantara saudara-saudara kita ada yang berada sakit, atau menderita penyakit yang sudah sekian lama belum tersembuhkan karena ketiadaan biaya pengobatan, atau kesulitan belajar, dan lain sebagainya, maka disaat itulah kesempatan kita menunaikan pesan Nabi untuk menebarkan salam agar keselamatan, kedamaian, ketenteraman dan kenyamanan juga dirasakan olehnya. Kita bantu saudara kita yang sakit dengan mengobatkannya kerumah sakit, kita bantu teman kita yang kesulitan belajar, dan semua hal yang kurang baik yang menimpa saudara kita, adalah menjadi kewajiban kita untuk menyelamatkannya, memberikan kedamaian, ketenteraman dan kenyamanan.

Hadits berikut ini menguatkan statement diatas, betapa sesungguhnya pesan Rasulullah untuk menebarkan salam sangat erat hubungannya dengan kesejahteraan kita dan saudara-saudara kita. Imam Nawawi dalam kitabnya “ Riyadlush Sholihin “ menuturkan sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Tirmidzi :

عَنْ أبِي يُوْسُف عَبْدُ اللهِ بْن سَلام رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْل ؛ " يَا أ يُّهَا النَّاسُ أفْشُوْا السَّلامَ ، وَ أ طْعِمُوْا الطَّعاَمَ ، وَصِلُوْا الأرْحَامَ ، وَصَلُّوْا وَ النَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسلام ". ( رواه الترميذي و قَالَ : حديث صحيح )
Artinya :
“ Dari Abi Yusuf Abdullah ibn Salam ra, beliau berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “ Wahai manusia, tebarkan salam diantara Anda semua, berilah makanan kepada orang yang kelaparan, sambung dan pererat tali ukhuwah dan persaudaraan, dan sholatlah di keheningan malam di saat manusia sedang terlelap tidur, niscaya Anda semua akan masuk surga dengan penuh keselamatan. ( HR. Imam Tirmidzi, beliau berkata : Ini Hadits Sohih ).

Tampak jelas sekali dalam hadits diatas bahwa menebarkan salam sangat erat hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan. Kalau dalam hadits yang pertama, keselamatan akhirat dengan memasuki surga Allah di gantungkan dengan kepedulian kita untuk menebarkan salam baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, maka dalam hadits syarat masuk surga tidak hanya mengucapkan salam, namun harus di topang dengan kepedulian kita untuk membantu sesama. Rasulullah memang hanya menuturkan : “ berilah makanan kepada orang yang kelaparan”, tetapi statement Rasulullah ini cukup mewakili semua bentuk hal yang bisa mengangkat saudara-saudara kita dari lembah kesusahan dan penderitaan. Seakan Rasulullah juga berkata : “ berikan juga kepada mereka pakaian, uang, rumah, sembako dan apa saja yang meningkatkan kesejahteraan mereka”. Pernyataan ini semakin di kuatkan dengan kelanjutan hadits ini : “ Sambung dan pererat tali ukhuwah”, tentu saja tali ukhuwah, tali persaudaraan, akan semakin kuat dan erat jika kita menaruh kepedulian yang kuat terhadap kesusahan sesama saudara muslim. Jika salam telah kita tebarkan, baik dalam bentuk salam ucapan maupun salam perbuatan, lalu kita juga sangat peduli dengan segala bentuk ketidakmampuan saudara-saudara kita, kemudian di sempurnakan dengan munajat di keheningan salam dalam segala bentuknya, baik dengan sholat tahajjud, berdzikir dan bertasbih, maupun bentuk-bentuk lainnya, maka balasan yang di janjikan Rasulullah adalah Surga yang penuh keselamatan…JANNATU DARIS SALAM.

Kesimpulannya, disamping kita membiasakan diri mengucapkan salam ketika bertemu dengan saudara-saudara kita yang seiman dan seaqidah, kita juga harus menterjemahkan makna salam dalam segala aspek kehidupan sehingga kalimat salam tidak hanya sekedar menjadi ucapan, tetapi menjadi amal perbuatan yang mengantarkan umat Islam menjadi saling mengasihi dan mencintai sehingga tuntunan Rasulullah bahwa menebarkan salam adalah kunci keharmonisan hidup menjadi kenyataan dan terbukti.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk mampu menebarkan salam baik secara ucapan maupun secara amaliah lahiriyah yang menjadi makna salam. Tebarkan salam. Tebarkan keselamatan, kedamaian, ketenteraman dan kenyamanan.

Kunjungi situs ini dan buruan gabung !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar