Kamis, 31 Juli 2008

“Sikap Tidak Peduli”

Sudah berulangkali peringatan bahaya pemikiran liberal gaya Nasr Hamid Abu Zaid disampaikan, tetap saja paham seperti itu disebarkan. Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-240

Oleh: Adian Husaini

Dalam bukunya yang terkenal, Islam at the Crossroads, Muhammad Asad/Leopold Weiss mengingatkan umat Islam, bahwa: ”The Imitation – individually and socially – of the Western mode of life by Muslims is undoubtedly the greatest danger for the existence – or rather , the revival – of Islamic civilization.”

Jadi, kata Asad, penjiplakan kaum Muslim – baik secara individual maupun sosial – terhadap gaya hidup Barat tanpa diragukan lagi adalah bahaya terbesar dari eksistensi dan kebangkitan kembali peradaban Islam. Buku Asad ini terbit pertama tahun 1934 dan telah ditejemahkan ke dalam berbagai bahasa. Buku kecil ini memberikan gambaran yang tajam tentang hakekat peradaban Barat yang disebut oleh Asad, sebagai peradaban yang memuja materi dan anti-agama (irrelegious in its very essence).

Lihatlah nilai-nilai peradaban Barat yang kini menyerbu rumah-rumah kita melalui media hiburan. Film-film, lagu, sinetron yang dijejalkan kepada generasi muda kita dipenuhi dengan urusan seputar syahwat jasadiah, baik menyangkut makanan maupun urusan seksual. Peradaban ini sangat mengagungkan unsur-unsur fisik. Jangan heran, jika dalam peradaban ini, wanita lebih dihargai karena unsur-unsur fisiknya. Kontes nyanyi dan loma kecantikan menjadi upacara yang sangat diagungkan, disiarkan ke seluruh penjuru dunia, tanpa peduli urusan moral.

Dalam kontes-kontes kecantikan seperti itu, setiap jengkal tubuh wanita diukur, ditelaah, dan dinilai untuk selanjutnya dipaparkan kepada publik. Bahwa si A memiliki tubuh terseksi di dunia. Media-media hiburan sibuk membuat ranking tentang wanita yang memiliki tubuh terindah. Bahkan, konon di suatu negara, ada majalah yang khusus menyajikan berita seputar alat kelamin wanita. Kata mereka, semua itu adalah ekspresi keindahan. Semua itu tidak ada hubungannya dengan pornografi, tetapi ekspresi seni.

Salah satu buah dari reformasi di Indonesia adalah kebebasan dalam kontes-kontes kecantikan. Sudah beberapa tahun, Putri Indonesia senantisa tampil dalam acara pemilihan Miss Universe. Meskipun harus tampil secara vulgar dalam pakaian bikini, kontes seperti itu tetap dilakukan, dan televisi di Indonesia pun berlomba menyiarkan acara tersebut. Tidak ada rasa malu lagi untuk tampil dengan membuka aurat. Tujuan utamanya tentu saja adalah untuk mendapatkan penghargaan sebagai ”Ratu Kecantikan”.

Dengan cara itu, mungkin mereka ingin membuktikan, bahwa ternyata wanita Indonesia tidak kalah cantiknya dengan wanita negara lain? Lalu untuk apa? Katanya, untuk pariwisata. Biar turis mau datang. Biar diakui, bahwa negara Indonesia banyak wanita cantik. Setelah itu?

Aneh! Inikah negara yang mayoritas penduduknya Muslim? Inikah negara yang menginginkan mendapat berkah dari Allah? Beginikah cara memajukan bangsa yang sedang terpuruk? Naif! Naif sekali! Akal yang sederhana pun tahu, bahwa bangsa ini akan bangkit jika rakyatnya mau belajar dan bekerja keras. Bangsa ini memerlukan pemimpin yang berani berpikir besar dan berani melakukan tindakan besar, bukan dengan mengirimkan wanita untuk mengumbar aurat di kontes ratu kecantikan. Para ulama sudah berteriak-teriak minta agar acara semacam itu dihentikan. Tetapi, pemerintah diam saja. DPR diam saja. Barangkali takut dikecam media. Takut dibilang kolot. Takut dibilang sok-moralis. Takut dibilang melanggar HAM. Memang, di alam reformasi dan kebebasan seperti ini, protes tidak dilarang, tetapi tidak perlu didengarkan.

Tokoh agama sudah teriak-teriak agar acara-acara yang menonjolkan unsur-unsur homoseksual dan lesbian dihentikan. Tetaoi, protes itu pun dianggap angin lalu. Televisi tetap saja menayangkan tontonan seperti itu. Ulama sudah berteriak, hentikan tayangan judi via SMS. Tapi, TV pun tidak peduli. Jalan terus! Yang penting dapat untung! Para ulama juga tidak menyerah untuk mengimbau agar tayangan-tayangan klenik dihentikan. Tapi, seruan itu juga diangap sebagai angin lalu. Yang penting untung, yang penting dapat duit banyak. Yang penting, acaranya laku, iklan banyak. Tidak peduli, apakah tayangan itu merusak moral atau tidak; tayangan itu meruntuhkan sendi-sendi kekuatan bangsa atau tidak. Tidak peduli!

Sikap tidak peduli itu pula yang kini banyak menjangkiti banyak kalangan akademisi yang sudah tergila-gila untuk mem-Barat-kan Islam. Mereka tidak mau peduli dengan segala macam kritik. Banyak yang menganggap ini masalah remeh. Tidak peduli! Buku-buku yang merusak pemikiran Islam terus diterbitkan. Meskipun sudah diketahui sebagai buku yang salah. Tidak peduli!

Meskipun sudah berulangkali kita paparkan bahaya pemikiran liberal gaya Nasr Hamid Abu Zaid, tetap saja mereka menganggap kritikan itu sebagai angin lalu. Tidak peduli! Meskipun paham multikulturalisme sudah kita kritik, tetap saja paham itu disebarkan ke tengah masyarakat. Tidak peduli! Meskipun sudah kita tunjukkan kekeliruan dalam penafsiran Al-Quran atau pun kita tunjukkan kekeliruan dalam mengungkap data-datanya, tetap saja tidak peduli. Berulangkali kita tunjukkan bahwa ada guru besar yang kerjaannya sebagai penghulu swasta dan mengawinkan pasangan beda agama, tetap saja para petinggi kampusnya tidak peduli. Meskipun tahu ada dosen yang kerjaannya mengkampanyekan kehalalan perkawinan sesama jenis, tetap saja hal itu dianggap sebagai ”wacana”. Tidak peduli!

Jika sikap tidak peduli semacam itu sudah mejangkiti para elite negeri ini, baik kalangan pemerintah maupun akademisi, apalagi yang bisa kita harapkan? Jika suami tidak peduli lagi apa yang dilakukan istrinya, apakah pantas dia disebut suami? Jika pemimpin negara tidak peduli dengan perilaku rakyatnya, apakah pantas dia disebut pemimpin negara? Jika guru tidak peduli dengan perilaku siswanya, apakah pantas dia disebut sebagai guru? Jika cendekiawan dan ulama sudah tidak peduli dengan perilaku umatnya, apakah pantas dia disebut cendekiawan atau ulama?

Dalam tradisi peradaban Barat, seseorang dibiasakan untuk tidak peduli dengan kemunkaran dalam soal aqidah dan pemikiran. Mereka hanya peduli dalam soal-soal yang fisik, karena Barat memang peradaban yang sangat memuja materi. Mereka tidak peduli dengan urusan agama. Mereka sangat peduli dengan urusan korupsi dan kerusakan lingkungan, tetapi tidak peduli apakah seseorang beriman atau kufur, apakah seorang berdosa atau tidak. Mereka tidak peduli dengan semua itu! Yang penting masyarakat menjalankan ketertiban atau tidak. Itu yang mereka peduli.


Karakter masyarakat seperti itu tentu berbeda dengan masyarakat Islam. Sebab, dalam pandangan Islam, urusan terpenting dalam kehidupan adalah masalah keimanan. Maka, tugas pemimpin negara – disamping menyejahterakan kehidupan rakyatnya – juga melindungi aqidah masyarakat. Karena itu, dalam pandangan Islam, tugas utama seorang pemimpin Islam justru melindungi dan menegakkan Tauhid. Sebab, inilah tugas utama para nabi. Kita sudah sering membahas, bagaimana azab Allah akan turun ketika umat Islam melalaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.

Dalam kaitan soal kepedulian inilah, maka Allah pun sudah mengingatkan agar kita senantiasa menegakkan iman dan mengembangkan sikap kritis terhadap kaum Muslim dan terutama kepada para pemimpinnya. Kita sangat prihatin dengan masih adanya gejala kultus di antara sebagian kalangan Muslim terhadap tokoh dan pemimpinnya. Mereka tidak peduli, apakah pemimpinnya itu keliru atau tidak. Bahkan, mereka sudah meletakkan nasibnya di dunia dan akhirat kepada sang pemimpin. Padahal, pemimpin itu bukan nabi, dan mungkin saja keliru dalam pemikiran dan kebijakan yang diambilnya.

Karena sikap kultus itu sudah begitu membudaya, sampai-sampai ada yang marah-marah jika pemimpinnya dikritik. Ada yang marah karena Amin Rais dikritik; ada pula yang tidak terima ketika Nurcholish Madjid dikritisi pemikirannya; dan ada yang tidak terima jika Abdurrahman Wahid dikritik. Tidak sedikit yang menjadi fanatik kepada seorang tokoh atau kelompoknya melebihi fanatiknya kepada Islam itu sendiri, sehingga dia sangat marah ketika kelompok atau pemimpinnya dikritik. Meskipun sang pemimpin jelas-jelas salah, dia tidak mau mengritiknya dan berusaha keras menutupinya, supaya pemimpin dan kelompoknya tidak jatuh martabat.

Sikap kultus seperti ini tidak mendidik masyarakat. Rasulullah saw sama sekali tidak mencontohkan sikap semacam itu. Berkembangnya tradisi ilmu senantiasa diikuti dengan budaya kritis di tengah masyarakat, meskipun sikap kritis itu tetap berpijak kepada adab. Budaya kultus dan taqlid yang membabi buta justru bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi juga akan merugikan sang pemimpin sendiri.

Pada tahun 2008 ini, misalnya, terbit sebuah buku berjudul ”99 Keistimewaan Gus Dur.” Dalam kata pengantarnya untuk buku ini, Muhaimin Iskandar menulis, bahwa ”Sebagai pemimpin, Gus Dur mampu mengawal, mendampingi dan mengayomi masyarakatnya menuju proses pembentukan kemandirian dan kehidupan yang demokratis.” Masih menurut Muhaimin, ”Gus Dur merupakan bagian dari kekayaan yang dimiliki bangsa ini yang patut diteladani oleh siapa pun yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap persoalan-persoalan umat.”

Tentu saja, kata pengantar Muhaimin itu dibuat sebelum dia dipecat oleh Abdurrahman Wahid sebagai ketua umum PKB. Pujian setinggi langit juga diberikan oleh Prof. Dr. KH Said Aqiel Siradj, M.A, dalam pengantarnya untuk buku ini. Aqiel mengisahkan, bahwa Gus Dur mampu mengenali seorang waliyullah. Suatu ketika, Gus Dur menemui seorang yang penampilannya sangat sederhana layaknya seorang ”gembel”. Ternyata, menurut Aqiel Siraj, yang ditemui Gus Dur itu adalah seorang wali yang sedang menyamar. Begitu ketemu, Gus Dur minta didoakan oleh orang tersebut. Aqiel menulis: ”Rupanya, Gus Durlah yang berhasil menyingkap sosok waliyullah tersebut. Sementara kewalian itu hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah.”

Jadi, dengan cerita itu, apakah berarti Abdurrahman Wahid adalah seorang waliyullah? Wallahu a’lam. Hanya Allah yang tahu.

Salah satu dari 99 keistimewaan Abdurrahman Wahid yang disebutkan dalam buku ini adalah kegigihannya dalam membela kaum tertindas. Contoh kaum tertindas yang dibela Abdurrahman Wahid adalah Ahmad Dani, Inul Daratista, kelompok Ahmadiyah, Tabloid Monitor, dan sejenisnya.

Kita bisa bersikap kritis terhadap posisi Abdurrahman Wahid dalam soal-soal tersebut. Benarkah Inul merupakan seorang wanita yang tertindas? Benarkah Ahmad Dhani termasuk kaum yang tertindas? Dan sebagainya. Jika Inul dikatakan sebagai makhluk tertindas, bagaimana dengan ribuan ibu-ibu dan anak-anak yang ditindas oleh berbagai tayangan TV yang merusak moral? Mereka tertidas, dan mereka tidak berdaya. Inul justru bergelimang harta dan dibela habis-habisan oleh kekuatan industri hiburan yang sangat fasis. Kita pun bisa bertanya, dimana posisi Abdurrahman Wahid dalam kasus penindasan rakyat Palestina, di posisi Israel atau rakyat Palestina? Mengapa dia lebih memilih bersahabat dengan Shimon Peres?

Kita maklum, bahwa para pendukung seorang tokoh kadangkala membuat pemaparan yang mengagungkan sang tokoh. Ketokohan Abdurrahman Wahid tidaklah diragukan. Banyak keistimewaan dimilikinya. Karena itulah, ketika akan mendeklarasikan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), para kyai senior di NU pun seperti merasa perlu menerbitkan sebuah buku kecil berjudul ”9 Alasan Mengapa Kiai-kiai tidak (lagi) bersama Gus Dur.”

Kita tunggu saja akhir dari semua ”permainan” semacam ini. Kita yakin, Allah Maha Tahu apa yang sebenarnya terjadi. Allah tahu siapa yang benar dan siapa yang dusta. Pasti akan ada balasan untuk masing-masing. Para tokoh itu akan mempartanggungjawabkan perbuatannya sendiri kepada Allah SWT. Kita pun demikian. Di akhirat nanti, mereka akan berlepas tangan, dan tidak mau menanggung dosa-dosa kita.

Yang penting, kita tetap diwajibkan berdakwah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Mudah-mudahan, kita tidak termasuk golongan orang-orang yang tidak tahu dan tidak peduli dengan berbagai persoalan umat. Sebab, kata Rasulullah saw, barangsiapa yang bangun pagi dan tidak peduli dengan urusan umat, maka dia bukan bagian dari umat Islam. Wallahu a’lam. [Depok, 21 Rajab 1429 H/24 Juli 2008/www.hidayatullah.com]

Sumber : Situs Hidayatullah

Kunjungi situs ini dan dapatkan ilmu yang bermanfaat !!

Minggu, 06 Juli 2008

Potret Negeri Syam


‘’ BERKAH DARI NEGERI YANG DI BERKAHI ‘’
Oleh : Mas Arifin Salamun

Berkah dari Negeri yang di berkahi “ adalah sederetan kata yang sengaja saya pilih untuk menjadi logo atau judul bagi rumah yang baru saja saya bangun di dunia maya, yang beralamat di www.min-syaamina.blogspot.com, sesungguhnya menyimpan makna yang cukup luas yang insya Allah juga akan membawa berkah. Untuk mengetahui ada apa di sebalik sederetan kata itu, mari kita ikuti penjelasan berikut :

Berkah atau sering juga di tuturkan dengan berkat, sesungguhnya berasal dari bahasa arab barokah, hanya karena lidah kita bangsa Indonesia lebih mudah mengucapkan berkah atau berkat sehingga kata barokah terasa jarang di gunakan.

Ibnu Manzhur dalam kitab kamus bahasa arabnya yang masyhur, Lisanul Arab, menuturkan : Al Barokatu : annamaa u waz ziyadah, artinya bertambahnya nilai. Beliau juga menuturkan makna barokah dari Imam Farro` ketika beliau memberikan makna lafadz wa barokaatuh dalam bacaan tasyahud sholat. Imam Farro` menuturkan : Al barokaatu : assa`adah, artinya barokah adalah kebahagiaan. Selanjutnya, Syaikh Ash-Showiy dalam Hasiyah Ash-Showi ketika beliau menafsirkan kalimat barokaat dalam ayat 96 surah Al A`rof , menuturkan makna barokaat adalah : ziyaadatul khoir fisy syaii`, artinya bertambahnya kebaikan pada sesuatu. Penafsiran senada juga di tuturkan oleh DR. Mushthofa Dib Al Bugho, doktor yang mengajar Ilmu Tafsir dan Ilmu-ilmu Al Qur`an Fakultas Syari`ah Universitas Damaskus Syria. Menurut beliau, makna barokaat dalam ayat 96 surah Al A`rof adalah bertambah dan kekalnya kebaikan ilahi pada sesuatu.

Barokah yang kemudian di terjemahkan dengan kata “ berkah “, sesungguhnya adalah kalimat masdar ( kata dasar ), bentuk fiil madly ( kata kerja masa lalu ) nya adalah baroka, kemudian dari kata ini terbentuk kalimat-kalimat sebagai berikut :
1. Baaroka, artinya memberkati atau memberikan berkah, seperti dalam susunan kalimat ketika seorang guru mendoakan siswanya : “ Baarokallahu fiika ( Semoga Allah memberkatimu ) “.
2. Tabaaroka, artinya Maha Suci atau Maha Luhur.

Masih banyak lagi kalimat-kalimat yang terbentuk dari satu kalimat : barokah atau baroka ini, namun kita cukupkan dua kalimat saja. Selanjutnya untuk mengetahui lebih lanjut, pembaca bisa merujuk ke berbagai kamus bahasa arab, misalnya Lisanul Arab, Mu`jam Maqooyis Al Lughoh atau Mukhtaar Ash – Shoohah. Bisa juga membuka Kamus Arab – Indonesia Al Ashriy atau Al Munawwir.

Selanjutnya agar lebih lengkap, kita ambil juga keterangan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus ini memberikan pengertian kalimat berkah atau berkat sebagai berikut :
1. Karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia, seperti dalam kalimat berikut : “ Mudah-mudahan Tuhan melimpahkan berkat– Nya kepada kita “.
2. Doa restu dan pengaruh baik yang mendatangkan selamat dan bahagia dari orang-orang yang di hormati atau di anggap suci ( keramat ), seperti orang tua, guru, pemuka agama, contohnya dalam kalimat berikut : “ Sebelum berangkat meninggal kan kampung halaman, terlebih dahulu dia memohon berkat kepada gurunya “.
3. Makanan atau apa saja yang di bawa pulang sehabis kenduri, seperti dalam kalimat berikut : “ Ketika pulang dari acara genduri itu, masing-masing undangan pulang ke rumahnya dengan membawa berkat “.
4. Berkat juga bermakna : karena atau akibat dari, misalnya dalam kalimat : “ berkat pertolongannya kami dapat selamat kembali ke kampung “.

Kemudian kata “ berkat “ terbentuk kata-kata berikut :
A : mem berkat i , dengan makna :
1. memberi berkat, contoh kalimat : “ Semoga Allah mem berkat i usaha kita “.
2. berdoa supaya Tuhan mendatangkan berkah, seperti dalam kalimat berikut : “ Penghulu itu mem berkat i kedua pengantin “.
3. Mendatangkan kebaikan, keselamatan, dsb, seperti dalam contoh : “ Barang-barang curian tidak akan mem berkat i “.

B : Ke berkat an , maknanya keberuntungan, kebahagiaan.
C : Pem berkat an , maknanya proses, perbuatan, cara memberikan berkat.

Selanjutnya, deretan kata berikutnya adalah Negeri yang di berkahi. Negeri manakah yang saya maksud ? Sebuah negeri yang memiliki nilai berkah, nilai kebahagiaan dan keselamatan, , nilai kekeramatan dan nilai kebaikan ilahi yang abadi dan kekal. Juga sebuah negeri yang di doakan keberkahan dan kebaikan yang banyak di sinyalir Rasulullah dalam beberapa haditsnya. Negeri ini adalah Negeri SYAM. Ya Negeri Syam, sebuah negeri yang masyhur sejak lama, sebuah negeri yang 1500 tahun yang lalu, pernah di kunjungi Rasulullah bersama Pamanda beliau Abu Tholib ketika mengadakan hubungan bisnis dengan masyakarat negeri ini. Sebuah negeri di mana Rasulullah telah bertemu dengan Rahib Buhairo, seorang rahib Nasroni yang mengetahui tanda-tanda kenabian dan kerasulan Rasulullah.

Negeri Syam sesungguhnya adalah sebuah daratan yang memanjang di pesisir timur Laut Tengah, sebelah timur memanjang sampai daratan kepulauan Syria di sisi timur Sungai Furot ( Euprat ), dan sebelah utara memanjang mulai Turki sampai perbatasan Mesir dan kepulauan arab selatan. Pada waktu sekarang, Negeri Syam meliputi beberapa Negara arab, yaitu Syria, Palestina, Yordania, Lebanon dan beberapa bagian dari Negara Turki. Penduduk negeri ini di kenal dengan Asy – Syawaam.

Ada beberapa pendapat mengenal asal mula atau sejarah pemberian nama negeri ini dengan Negeri Syam, diantaranya yang paling masyhur bahwa Syam muncul dari nama seorang tokoh bernama Sam bin Nuh, yang dalam bahasa Suryaniyah di lafadzkan menjadi SYAM, yakni sebuah negeri yang menjadi tempat tinggal anak keturunan Sam bin Nuh, ketika mereka ( Bani Kan`an ) pindah ke negeri ini. Sebutan Negeri Syam juga di peruntukkan untuk Kota Damaskus atau kota Dimasku, kota yang di bangun oleh Sam Bin Nuh.

Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arab menuturkan bahwa Negeri Syam adalah beberapa Negara yang berada di bagian utara kiblat ( Ka`bah ). Dengan demikian asal mula Negeri Syam di sebut Syam karena negara-negara yang termasuk Negeri Syam berada di sebelah utara kiblat kaum muslimin.

Kita ketahui bahwa Bangsa Arab Mekah zaman dahulu secara rutin mengadakan perjalanan bisnis ( misi dagang ) dalam setahun sebanyak dua kali, yaitu perjalanan dagang pada musim panas dan perjalanan dagang pada musim dingin. Selama dalam dua kali misi dagang ini, terkadang mereka berdagang menuju negara-negara bagian utara Mekah, tepatnya mereka menuju Negeri Syam, dan dalam kesempatan lain mereka juga mengadakan perjalanan dagang ke negara bagian selatan yakni Yaman. Tradisi bangsa arab Mekah berdagang dalam setahun sebanyak dua kali ini di abadikan Al Qur`an dalam surah Al Quraisy. Dan Rasulullah sendiri, ketika usia remaja pernah menemani Pamanda beliau Abu Thalib dalam misi dagang ke Negeri Syam dan di sana beliau bertemu dengan Rahib Nashroni yang sholeh bernama Buhairo yang mengetahui tanda-tanda kenabian beliau. Tentang rahib sholeh berikut kanisah-nya ini, dapat Anda telusuri jejaknya di Bushro, di sana ada bangunan yang masih tampak megah berupa kanisah tempat Rahib Buhairo beribadah.( fhoto di atas ada Kanisah atau Gereja Rahib Buhairo ).

Negeri Syam yang meliputi Syria, Palestina, Yordania, Lebanon dan beberapa bagian dari Negara Turki, memang memiliki banyak keistimewaan. Tentang Mesir, orang sering bilang, terutama yang pernah dan yang sedang menuntut ilmu di negeri Kinanah itu, bahwa Mesir adalah Negeri para Nabi, dan tentu saja itu tidak berlebihan karena benar adanya. Di negeri Kinanah itu, Allah mengutus salah satu Rasul Ulul Azmi, Nabi Musa `alaihissalam guna membimbing umatnya Bani Israil. Dalam da`wahnya beliau di bantu Nabi Harun. Kembali menyinggung Negeri Syam, Allah memberikan keitimewaan tersendiri, meskipun sampi detik ini salah satu negara yang termasuk Negeri Syam, yakni Palestina, sedang berada dalam peperangan melawan Bangsa Yahudi.( Semoga Allah segera memberikan kemenangan sejati kepada Bangsa Palestina dan Kaum Muslimin ).

Saya ambil kembali deretan kata yang menjadi judul blog saya : ‘’ Negeri yang di berkahi ‘’. Dengan kalimat ini, saya ingin mengatakan bahwa negeri Syam adalah negeri yang di berkahi, negeri yang memiliki nilai berkah, nilai kebahagiaan dan keselamatan, , nilai kekeramatan dan nilai kebaikan ilahi yang abadi dan kekal. Saya kira ungkapan ini tidak terlalu berlebihan, atau dengan kata lain bukan saya fanatic dan cinta abiz dengan Negeri Syam sebab saya sekarang belajar di salah satu negara yang menjadi bagian negeri Syam, yaitu Syria, sama sekali bukan demikian. Tetapi ungkapan Negeri yang di berkahi saya ambil dari ungkapan ayat-ayat Al Quran dan berbagai hadits. Anda tidak percaya ?? Silakan simak ayat pertama dari Surah Al Isro` yang menyampaikan sebuah peristiwa agung dalam sejarah Umat Islam, yaitu Peristiwa Isro` Mi`roj Rasullah.

Allah berfirman :
سبحان اللذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى اللذي باركنا حوله لنريه من آياتناإنه هو السميع البصير

Artinya ;
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. ( QS. Al Isro` 1 ).

Ada beberapa pelajaran yang penting yang dapat kita ambil dari ayat ini. Setidaknya dapat saya sampaikan sebagai berikut :

1. Ayat ini di awali dengan lafadz : ‘’Subhana ‘’. Beberapa kitab tafsir memberikan makna tanziih, yakni mahasuci, atau ungkapan kekaguman atas kemahasucian Allah dan kemahaagungan-Nya. Lafadz ini juga mengisyaratkan bahwa setelah lafadz subhana, akan di tuturkan sebuah peristiwa yang luar biasa yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Dari segi nahwu, lafazd subhana adalah maf`ul mutlaq untuk fi`il dan fa`il yang di sembunyikan, yaitu kalimat usabbihu.
2. Kalimat : ‘’ asroo ‘’. Fi`il ( kata kerja ) adalah fiil lazim, artinya kata kerja yang tidak membutuhkan maf`ul ( objek ) dan hamzah pada kalimat asroo, bukan lit ta`diah, bukan untuk membentuk kalimat ini menjadi fiil yang muta`addi ( yang membutuhkan maf`ul ). Hanya saja dalam terjemah bahasa Indonesia sering di terjemahkan ‘’ memperjalankan hambanya ‘’, seakan-akan asroo adalah fi`il muta`addi. Keterangan ini bisa Anda rujuk ke kitab-kitab tafsir, diantaranya Hasiyah Ash Showi `ala Tafsir al jalalain. Lebih lanjut, asroo maknanya memperjalankan pada malam hari.
3. Kalimat ; ‘’ bi`abdihi ‘’. Sebagaimana kita ma`lum bahwa yang di maksud dengan `abdihi dalam ayat adalah Nabi Muhammad SAW, lalui mengapa ayat ini menggunakan kalimat `abd , artinya hamba, bukan menggunakan kalimat ‘’ binabiyyihi ( nabi – Nya ‘’ atau ‘’ birasulihi ( Utusan – Nya ) ‘’ ? Terjemahan dalam bahasa Indonesia, ayat 1 surat Al Isro` ini di terjemahkan sebagai berikut : ‘’ Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam ‘’. Bukankah lebih tepat jika di gunakan lafadz ‘’ binabiyyihi ( nabi – Nya ‘’ atau ‘’ birasulihi ( Utusan – Nya ), sehingga dalam terjemahnya versi bahasa Indonesia di terjemahkan : ‘’ Maha suci Allah, yang telah memperjalankan Nabi -Nya / Rasul – Nya pada suatu malam ‘’ ? Ternyata pemilihan kata ‘’ bi`abdihi ‘’ ( hamba-Nya ) memiliki rahasia yang agung, diantaranya memberikan isyarat bahwa Nabi Muhammad, bagaimanapun agungnya derajat beliau di sisi Allah, tetaplah hamba Allah. Hamba Allah yang menghambakan diri kepada-Nya tanpa mempersekutukan dengan yang lain. Lebih lanjut memberikan pengajaran kepada kita agar tidak kelewat batas dan tersesat sebagaimana umat Nabi Isa yang menganggap beliau ‘’ ibnullah ( putra Allah ) ‘’.

Lalu, dalam hubungannya denga peristiwa isro` mi`roj, pemilihan kata ‘’ abd ( hamba ) ‘’ di maksudkan untuk menegaskan bahwa yang di isro` kan, yang di perjalankan Allah pada malam isro, adalah jasad dan ruh beliau, bukan hanya ruhnya saja, sebab yang namanya `abd ( hamba ) adalah gabungan jasad dan ruh, antara badan dan nyawa. Memang benar, ada riwayat dari Aisyah bahwa Rasullullah isro` hanya ruhnya saja, akan tetapi riwayat ini tidak bisa di terima sebab peristiwa besar ini terjadi sebelum hijrah beberapa saat setelah wafatnya dua tokoh utama penolong Nabi, yaitu isteri tercinta beliau Sayyidatina Khodijah dan Paman Abu Tholib, sedangkan Aisyah menjadi isteri Rasulullah dan ikut bersama Nabi setelah hijrah ke Madinah. Dengan kata lain, ketika terjadi peristiwa isro` mi`roj, Sayyidatina Aisyah belum hidup serumah dengan Rasulullah.

4. Selanjutnya lafadz : ‘'ila masjidil aqsho alladzi baarokna haulahu ‘’. Rangkaian kalimat inilah yang ada hubungannya dengan apa yang kita bahas dari deretan kata : Negeri yang di berkahi. Kita tahu bahwa Masjidil Aqsho berada di Palestina, dan Palestina adalah salah satu negeri Syam. Lalu kalimat ; alladzi baarokna haulahu, artinya ‘’ yang telah Kami berkahi sekelilingnya ‘’. Maksudnya Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkah dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya. Daerah-daerah sekitarnya ini adalah negara-negara dari Negeri Syam Syria, Palestina, Yordania, Lebanon.

Benarkah Negeri Syam adalah Negeri yang di berkahi ? Tentu saja benar, sebab jika kita membaca sejarah, di negeri-negeri ini Allah banyak menurunkan dan mengutus para Nabi sebagaimana pula di turunkan di Mesir. Dan para Nabi tentu saja salah satu sumber berkah bagi negeri yang di datanginya.

Tidak hanya ayat di atas saja yang menuturkan bahwa negeri Syam adalah Negeri yang di berkahi. Banyak sekali hadits yang menjelaskan keberkahan negeri Syam. Diantaranya hadits berikut yang mengungkapkan tentang doa Rasulullah memohonkan berkah untuk Negeri Syam :

عن ابن عمر رضي الله عنهما ان النبي صلى الله عليه وسلم قال :" اللهم بارك لنا فى شامنا اللهم بارك لنا فى يمننا ". قالها مرارا، فلما كان فى الثالتة او الرابعة ، قالوا : يا رسول الله، ففى عراقنا ؟ قال صلى الله عليه وسلم : " بها الزلازل والفتن وبها يطلع قرن الشياطين "

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra Rasulullah saw bersabda : (( Ya Allah berkahilah negeri Syaam kami dan negeri Yaman kami)), beliau mengucapkannya berkali-kali, dan di saat kali yang ketiga atau keempat sahabat menyela: Yaa Rasulullah, dan juga di negeri Iraq. Beliau menjawab: (( Di sana akan banyak terjadi gempa, fitnah dan juga di sana merupakan tempat munculnya tanduk Syaitan)”.

Jelas sekali Rasulullah mendoakan dan memohonkan berkah untuk Negeri Syam dan juga Yaman. Dan hadits ini juga mengisyarakan tentang kabar masa depan yang di sinyalir Rasulullah 15 abad yang lalu tentang kondisi negara Iraq. Rasulullah menerangkan bahwa di Iraq akan banyak terjadi gempa, fitnah dan juga di sana merupakan tempat munculnya tanduk Syaitan, dan kini hal itu telah terjadi. Bukankah sekarang ini di Iraq sedang dan telah terjadi fitnah besar ? Peperangan dan penjajahan belum juga berhenti, bahkan sinyalir Rasulullah tentang munculnya tanduk syetan, tidak menutup kemungkinan adalah Amerika Serikat dan sekutunya, yang bekerjasama membuat fitnah dan malapetaka di negeri Iraq. Kita berdoa semoga Allah segera memberikan solusi terbaik buat negara Iraq. Amiin.

Selanjutnya, masih tentang berkah Negeri Syam, kita simak dua hadits berikut :

عن ابى درداء رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : " بينما انا نائم اذ رايت عمود الكتاب احتمل من تحت راسي فظننت انه مذهوب به فاتبعته بصري فعمد به الى الشام الا وان الإيمان حين تقع الفتن بالشام ".


Artinya:
“Dari Abu Darda’ ra dia berkata: Rasulullah saw berkata: (( Di saat tidur aku melihat tiang-tiang kitab (iman) telah diambil para malaikat dari bawah kepalaku, aku sangka iman akan tercabut dari muka bumi ini. Sampai akhirnya aku melihatnya dibawa menuju negeri Syam. Tidahkah kalian ketahui bahwa Iman akan tetap ada di negeri Syam di saat terjadi fitnah.”))

عن معاويه بن قرة عن أبيه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " اذا فسد أهل الشام فلا خير فيكم لا تزال طائفة من أمتي منصورين لا يضرهم من خذلهم حتى تقوم الساعة "

Artinya:
” Dari Muawiyah ibn Qurrah dari ayahnya bahwa dia berkata: Rasulullah bersabda: ((Apabila penduduk negeri Syaam telah rusak, maka tidak ada kebaikan lagi untuk kalian. Akan tetapi di sana akan senantiasa ada sekelompok kaum yang akan selalu menang menghadapi musuh-musuh Islam, dan tidak akan mampu orang-orang yang menghianati mereka menimpakan kemadharatan atas mereka )).


Ala kulli hal, keberkahan Negeri Syam tidak mungkin di pungkiri lagi jika merujuk ke berbagai hadits yang di tuturkan Rasulullah. Kalau para mahasiswa Universitas Al Azhar Cairo sering bilang bahwa Bumi Kinanah, bumi Mesir adalah Bumi Para Nabi dan hal itu sangat tepat sekali, maka para mahasiswa yang menuntut ilmu di Syria, Palestina, Yordania dan Lebanon boleh merasa sangat beruntung sebab mereka sedang menuntut ilmu di Negeri Syam, Negeri yang di berkahi dan yang di mohonkan keberkahannya oleh Rasulullah. Dan tentu saja, kesempatan menuntut ilmu di Negeri Syam adalah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi para mahasiswa khususnya yang datang dari daratan Asia Tenggara, lebih khusus lagi para mahasiswa dari Indonesia. Lalu, sudahkah kesempatan emas dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh para mahasiswa untuk berlomba memburu mutiara di Negeri Syam ?
Jawabannya tentu kembali kepada para mahasiswa sendiri yang sedang berdomisili di Negeri Syam.

Sekali lagi, Ala kulli hal keberkahan Negeri Syam tidak mungkin di pungkiri lagi, dan deretan kata “ Berkah dari Negeri yang di berkahi “ yang menjadi judul blog saya adalah sekedar setitik dari usaha saya untuk tabarrukan dengan negeri yang di berkahi ini, di iringi harapan semoga apa saja yang saya persembahkan lewat blog ini, apa saja yang saya posting dan saya publikasikan lewat blog ini, baik artikel, cerpen atau apa saja, kiranya bisa menjadi berkah yang mendatangkan nilai berkah, nilai kebahagiaan dan keselamatan, , nilai kekeramatan dan nilai kebaikan ilahi yang abadi dan kekal bagi saya pemilik blog maupun para pembaca dan pengunjung blog saya. Dan itu , tentu saja dengan tetap membuka lebar-lebar buat para pembaca untuk memberikan kritik dan komentar agar berkah yang sudah ada dalam blog ini semakin memancarkan sinar dan memberikan manfaat dan maslahat buat kita semua.

Akhirnya, semoga Allah memberkahi kita sebagaimana Allah telah memberkahi Negeri Syam. Amiiin

Kunjungi Situs ini dan buruan gabung !!

Jumat, 04 Juli 2008

Rahasia Sholat Tahajjud

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang
melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (Qs
Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil
penelitian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu salat sunah
itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kaker.

Tidak percaya? "Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud.
Jika anda melakukannya secara rutin, benar,khusuk, dan ikhlas, niscaya
andaterbebas dari infeksi dan kanker". Ucap Sholeh.

Ayah dua anak itu bukan 'tukang obat' jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul 'Pengaruh Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Respons ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi" Dengan desertasi itu,Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.

Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya padaimonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi. (coping).

Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis.

Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya anatara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00-normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan.Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah
paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11* rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika)

Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajuud memiliki ketahanan tubuh dan kiemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. "jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi.
Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress,"

Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasnya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahjjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

"Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan Berkurbanlah' (Q.S Al Kautsar : 2)

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita ???????

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran.

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk
memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf
yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak
dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang waktu yang di wajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.

Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah
kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah
ini.

Kesimpulannya :
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi lagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal.
Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan
untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun
akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai
dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan
secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala
sosial Masyarakat saat ini.Wallahu’alam bissawab

"Anda ingin beramal shaleh...? Tolong kirimkan kepada
rekan-rekan muslim lainnya yang anda kenal."

Sumber : BEBAS KANKER DENGAN TAHAJJUD

Kunjungi SITUS INI dan buruan gabung !