Dunia ini adalah tempat bertemunya dua hal yang saling berpasangan, dua kubu yang saling berseberangan, dan dua jenis yang saling berlawanan. Yang baik dan yang buruk, kebaikan dan kerusakan, kebahagiaan dan kesedihan, keberhasilan dan kegagalan, semua akan senantiasa mengiringi kehidupan.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dunia ini dipenuhi kenikmatan hidup, kebahagiaan, kesenangan, kejayaan dan kesuksesan sehingga dunia penuh warna-warni dan penuh gairah. Namun dunia ini juga dilengkapi dan di warnai dengan berbagai hal yang tidak menyenangkan. Ada kesengsaraan, penderitaan, kemiskinan, kegagalan, bahkan peperangan dan kematian. Keduanya menyatu dan mewarnai kehidupan dunia fana ini. Bagi yang kebetulan kehidupannya berkecukupan, semua serba ada, maka dia bisa menikmati hidup ini dengan penuh kebahagiaan, penuh tawa dan canda, seakan dunia adalah surga baginya. Namun, jauh di sudut kehidupan, dilorong-lorong jembatan, di pemukiman -pemukiman kumuh, digubug reot yang hampir roboh, mereka yang nasibnya kurang beruntung, mereka yang hidupnya pas-pasan, atau bahkan jauh dari cukup, tentu mengalami banyak kesulitan, kepayahan, kepahitan dan kegetiran hidup, sehingga merasakan kehidupan dunia ini laksana neraka saja. Dan memang dunia ini adalah sebuah muara antara dua kutub yang saling berlawanan, merupakan surga sekaligus neraka.
Kehidupan yang baik, penuh kebahagiaan, penuh canda dan senda gurau, lalu anak-anak dan isteri berada dalam kondisi yang menyenangkan, sementara harta kekayaan melimpah ruah, duit tak terhitung, semuanya adalah anugerah, rahmat sekaligus ujian dari Allah. Sayang, banyak yang terlena dan tidak sadar bahwa semua itu adalah ujian dari – Nya sehingga lupa diri, takabbur, bakhil alias kedekut, dan lain sebagainya yang justeru merupakan sebuah ungkapan kufur nikmat dan kegagalannya dalam menghadapi dan menyikapi ujian Allah berupa kebaikan dan kekayaan, kesejahteraan dan kemakmuran.
Pada sisi yang lain, ada kehidupan yang kurang beruntung, miskin, melarat, jauh dari kehidupan yang bahagia, bahkan anak dan isteri hidupnya terlantar, hutang menumpuk karena bisnis milyaran dolar gagal total, semuanya adalah ujian dan mushibah dari Allah. Dan dalam kondisi yang sangat tidak menyenangkan tersebut, apabila kita termasuk yang mengalaminya, maka kita dituntut menyikapi dengan arif dan bijaksana.
Namun, banyak diantara kita yang tidak pandai dalam menyikapi ujian Allah, bahkan banyak yang justeru terperangkap dalam sebuah kondisi yang sangat tidak menguntungkan bagi jiwa dan rohani, yaitu pesimis, putus asa, bahkan hanyut dalam kesedihan berlarut-larut, kedukaan yang dalam dan kenestapaan yang tiada henti serta kepiluan tiada akhir. Ini juga tanda bahwa kita gagal dalam menyikapi dan melewati ujian-ujian Allah berupa kehidupan yang kurang beruntung.
Oke lah…siapa sih yang tidak bersedih, kalau kehidupan terasa begitu sempit, terasa begitu berat, dan penuh kesengsaraan ? Siapa sih yang tidak bersedih kalau tidak punya kemampuan untuk menggapai semua impian ? Setiap hari laksana pungguk merindukan bulan yang sampai kiamatpun sang pungguk tak mungkin bertemu dengan bulan sekalipun rindunya setengah mati. Lalu..siapa sih yang tidak bersedih kalau mengalami kerugian dalam bisnis besar yang menelan biaya bermilyar-milyar? Siapa sih yang tidak berduka kalau ditinggal orang-orang yang disayang, dikhianati sang kekasih atau keinginannya untuk menikah dengan pasangan pilihannya tidak direstui orang tua ? Siapa sih yang tidak berduka kalau gagal dalam ujian di sekolah? Siapa sih yang tidak berduka kalau ditinggal mati salah satu keluarganya ? Siapa sih…? Siapa sih…?
Bersedih, berduka, keluh kesah, memang merupakan salah satu sifat manusia sebagaimana ia juga bisa senyum, tertawa, bahagia, dan senda gurau. Dan tentu tidak salah kalau kita bersedih kalau kehidupan kita sempit, miskin, melarat, di tinggal atau dikhianati sang kekasih, keluarga ada yang meninggal, rugi dalam bisnis, gagal naik kelas. Sungguh sangat wajar kalau kita bersedih kalau semua ujian ini menimpa diri kita.
Yang salah kalau dengan ujian-ujian itu kita putus asa, pesimis dan bersedih berlarut larut, dan berduka berkepanjangan. Hari-hari kita lewati dengan kesedihan, tangisan, dan berduka, seakan tiada hari tanpa duka, tiada hari tanpa bersedih dan tiada hari tanpa menangis. Masa depan terasa gelap karena kita sedih dengan kemelaratan dan kemiskinan kita. Orang-orang disekeliling kita seakan tak mampu lagi menyumbangkan kebahagiaan kepada kita. Kesuksesan, keberhasilan, kejayaan seakan sebuah hal yang mustahil karena kita berlarut-larut dalam kesedihan menangisi kegagalan kita untuk bisa najah dalam ujian.
Sungguh tidak seharusnya kita larut dalam kesedihan, karena didalam setiap ujian yang di berikan Allah kepada kita tersimpan rahasia dan hikmah yang besar, bahkan di sanalah ada “ladang amal” yang senantiasa menjanjikan panen pahala dan ganjaran. Bagaimana caranya agar setiap ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepada kita justeru menjadi ladang amal yang menghasilkan panen pahala dan ganjaran ? Ada beberapa langkah yang perlu kita lakukan agar ujian dan cobaan menjadi ladang amal, yaitu :
Pertama, kita sadari sepenuhnya bahwa Allah tidak mungkin menguji seorang hamba, sebuah keluarga, sebuah kaum, sebuah bangsa, kecuali karena Allah mencintai mereka. Allah juga tidak mungkin menimpakan berbagai macam ujian kecuali di dalamnya tersimpan rahasia dan hikmah yang besar sekaligus ingin memberikan yang terbaik dari anugerah dan ni`mat – Nya kepada kita. Dituturkan Rasulullah dalam hadits, yang terjemahnya sebagai berikut :
“Sungguh agung-agungnya pahala adalah berada didalam dahsyatnya bala` (ujian), dan sungguh Allah SWT jika Ia mencintai seseorang (bangsa/kaum) maka Ia akan menimpakan bala` kepada mereka, maka barangsiapa yang ridlo dengan ujian – Nya maka baginya keridloan – Nya, dan barangsiapa yang tidak ridlo maka kemurkaan Allah untuknya” . ( HR. Turmudzi, tutur beliau : Hadits ini hadits hasan ).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah juga bertutur :
“ Diriwayatkan dari Abu Huroiroh beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “ Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan diberi kebaikan, maka Allah akan mengujinya ”, ( HR. Imam Al – Bukhori ).
Kedua, kita sadari sepenuhnya juga bahwa kita tidak sendiri dalam menerima ujian dan cobaan Allah. Masih banyak orang lain yang senasib dengan kita, dan tidak sedikit orang-orang yang tingkat ujian dan cobaannnya jauh lebih berat dari kita. Bahkan para nabi, para Rasul, dan tokoh-tokoh pilihan salafussoleh semuanya mengalami dan melewati ujian dan cobaan. Mari kita membaca sejarah. Nabi Adam dipisahkan oleh Allah dengan isterinya Siti Hawa. Tidak sehari, tidak seminggu, sebulan, setahun atau dua tahun, tapi bertahun-tahun. Ada riwayat menuturkan bahwa beliau dipisahkan Allah dengan isterinya Siti Hawa selama 900 tahun. Nabi Yusuf, di dengki saudara-saudaranya, lalu di masukkan ke sumur tua, ditemukan para kafilah dagang, lalu dijual, jadi budak belian, sampai akhirnya di penjara karena difitnah main serong dengan sang isteri wazir. Nabi Ayyub, ditimpa penyakit kulit yang menjijikkan, tidak hanya sehari dua hari, atau sebulan dua bulan, tetapi 80 tahun. Riwayat lain menyebutkan beliau sakit dalam jangka tahun yang lama tanpa menyebutkan jumlah tahunnya. Seiring dengan itu, semua anak-anak beliau mati, sedangkan para isteri minta cerai kecuali tinggal satu orang saja yaitu yang namanya Rahmah. Nabi Zakaria, sampai usia lanjut tidak dikarunia putra, bahkan Rasulullah yang menjadi “sayyidul anbiya` wal mursalin” tidak luput dari ujian Allah. Dihina, dituduh sebagai seorang penyihir, penyair, disakiti, di siksa para sahabatnya bahkan akhirnya diusir dari tanah kelahirannya. Demikian pula, para tokoh pilihan salafussoleh, ujian juga menimpa mereka. Imam Syafii bertahun-tahun menderita penyakit ambeyen, Imam Ahmad ibnu Hanbal di penjara, demikian pula Syekh Taqiyyuddin ibnu Taimiyah, dan tak satupun tokoh-tokoh pilihan yang tidak melewati masa-masa sulit sebagai bagian dari ujian Allah.
Kalau memang demikian, berarti kita tidak sendiri dan termasuk dari sekian ribu dan jutaan manusia yang ditimpa ujian dan cobaan dengan kehidupan yang sulit. Setelah kita menyadari hal ini, kita memasuki langkah yang ketiga agar semua ujian itu menjadi ladang amal, yaitu kita hadapi dan kita terima semua ketentuan Allah dengan penuh ridlo dan kerelaan hati, diiringi dengan kesabaran yang tinggi, sebab kalaupun kita tidak ridlo dan tidak rela, toh ujian mesti jalan terus sebab sudah menjadi ketetapan Allah untuk menguji hamba-hamba – Nya. Al – Qur`an menuturkan hal ini :
"Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. Yaitu mereka yang apabila ditimpa mushibah, mereka mengucapkan : “Inna lillahi wa inna ilaihi roji`un “ ( sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali )”. ( QS. Al-Baqarah 155 - 156 ).
Mari sekali lagi kita kembali kepada sejarah. Para nabi dan rasul yang kita tuturkan diatas, menerima ujian dengan penuh kerelaan dan keridloaan hati serta di hadapi dengan penuh kesabaran, sehingga akhirnya Allah memberikan jalan keluar buat mereka. Nabi Adam bertemu dengan isterinya, Nabi Ayyub sembuh dari penyakitnya, Nabi Yusuf keluar dari penjara bahkan diangkat menjadi Menteri Perekonomian di Mesir tatkala bumi para nabi itu di timpa krisis moneter dan ekonomi. Nabi Zakaria meski usianya lanjut, karena sabar dengan ujian Allah akhirnya di karuniai putra yang bernama Yahya yang juga diangkat Allah menjadi Nabi. Bahkan Rasulullah akhirnya berhasil membangun kota Madinah menjadi sebuah Negara yang berkedaulatan dan dipenuhi warna demokrasi dimana Negara Madinah yang beliau bangun menjadi sangat masyhur di telinga dan mata sejarah, bahkan beliau akhirnya berhasil menaklukkan kota Mekah, menguasainya dan mengalahkan kaum musyrikin. Semua karena kerelaan dan kesabaran menghadapi cobaan dan ujian.
Demikian pula hendaknya kita dalam menyikapi ujian Allah. Hanya saja, disamping rela, ridlo, dan sabar, hendaknya kita sempurnakan dengan memperbanyak istighfar, dzikir, sholat sunnah, munajat di tengah keheningan malam , bertawakkal kepada-Nya dan memperbaharui ketaqwaan kita kepada Allah. Jika hal ini kita lakukan, niscaya seberat apapun ujian itu akan terasa ringan, jiwa dan hati kita akan tenang dan segera menemukan jalan keluar, bahkan denga ujian itu Allah akan menghapus dosa-dosa kita.
Al – Qur`an banyak sekali bertutur tentang hal ini :
" Ingatlah, hanya dengan berdzikir hati akan menjadi tenang” ( Al- Baqarah 28 ).
“ Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka Alah akan memberikan jalan keluar dari problemanya, dan memberikan rezki dari jalan yang tidak di sangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka Allah akan mencukupi kebutuhannya “ ( Ath-Tholaq 2 – 3 ).
“ Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka Ia akan memudahkan semua urusannya ( Ath – Tholaq 4 ).“
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah akan menghapus dosa-dosanya dan akan melipatgandakan kebaikan-kebaikannya”. ( Ath-Tholaq 5 ).
Selanjutnya, setelah kita rela dan ridlo dengan ujian Allah, lalu bersabar, memperbanyak istighfar, berdzikir, sholat tahajjud dan meningkatkan ketaqwaan…sudah cukupkah langkah kita agar ujian segera berakhir? Tentu saja belum cukup dengan itu, masih ada satu langkah lagi agar ujian dan cobaan justeru berubah menjadi ladang amal, yaitu berusaha mencari jalan keluar sebab tak satupun ujian yang tak akan berujung, dan tak satupun masalah yang tak ada jalan keluarnya, tergantung sejauh mana kita bersungguh – sungguh mencari jalan keluarnya. Kita yang kondisi hidupnya pas-pasan atau bahkan melarat atau miskin, berusahalah bagaimana caranya agar taraf hidup kita meningkat. Kita yang tahun kemaren gagal naik kelas, mulailah mengatur langkah untuk bisa belajar dengan tekun agar tahun mendatang bisa naik ke las ke kelas berikutnya. Kita yang kesulitan menemukan jodoh, atau mungkin jodoh sudah ada tetapi orang tua tidak merestui…berusahalah bagaimana caranya agar Allah memudahkan jalan menemukan pasangan kita. Adalah benar bahwa jodoh di tangan Allah dan setiap kita sudah ditentukan siapa jodohnya, tetapi selama kita tidak berusaha mengambilnya dari tangan Allah maka selamanya jodoh kita berada di tangannya. Bukan berarti Allah tidak mungkin memberikannya langsung tanpa kita usaha, tetapi semata-mata Allah menghendaki agar kita mau berusaha mengatasi permasalahan kita. Demikian pula ujian-ujian hidup lainnya. Berusahalah mencari jalan keluar sebab semua masalah pasti ada solusinya.
Jika semua langkah-langkah diatas kita lakukan dengan baik, maka insya Allah kita termasuk orang yang sukses melewati ujian dan cobaan Allah. Dan memang demikianlah yang harus kita lakukan dalam menghadapi ujian Allah. Jangan sekali – kali kita terperangkap dalam kesedihan sebab selama - lamanya kesedihan tak pernah menawarkan solusi dan jalan keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Buktinya, ketika kita ditimpa kemiskinan dan kita sedih karenanya, apakah lalu kemiskinan berubah seketika menjadi kekayaan? Ketika salah satu keluarga kita meninggal, kemudian kita bersedih bahkan menangis tiada henti, apakah lalu keluarga kita yang meninggal itu hidup kembali ? Ketika kita mengalami kerugian dalam sebuah bisnis besar, lalu kita bersedih, apakah lalu kerugian berubah menjadi keuntungan ? Tidak bukan….? Kalau tidak, mengapa harus bersedih ? Jangan sekali - kali bersedih, sebab agama tak pernah mensyari`atkan bersedih. Jangan bersedih, sebab kesedihan sedikitpun tidak mengandung manfaat, bahkan justeru menambah masalah. Jangan bersedih sebab kesedihan akan menguras tenaga dan energy, membunuh semangat Anda untuk berkarya dan mematikan potensi Anda. Jangan bersedih, sebab kesedihan adalah pintu masuk depresi dan stress berat yang akan mengantarkan Anda pada penyakit gila.
Demikian berbahayanya akibat yang timbul dari kesedihan maka sangat pantas kalau Rasulullah mengajarkan kita doa khusus memohon perlindungan Allah dari bersedih dan berdukacita atas mushibah yang menimpa kita. Dalam Kitab Shohih-nya Imam Bukhori menuturkan doa beliau melalui riwayat dari Sahabat Anas ibnu Malik bahwa beliau mendengar Rasulullah memperbanyak doa berikut ini :
""Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa susah dan kesedihan, dari sifat lemah dan pemalas, dari sifat bakhil dan pengecut, dan dari lilitan utang dan dibayang-bayangi pengaruh orang lain.""
Sungguh tidak mungkin Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk memperbanyak berdoa berlindung dari sifat-sifat yang dituturkan dalam doa diatas terutama dari kesedihan kecuali didalamnya terdapat bahaya yang besar.
Karenanya, jangan sekali-kali bersedih, justeru tersenyumlah, tersenyumlah, asal jangan senyum sendiri dan tanpa sebab, sebab kalau senyum-senyum sendiri dan tanpa sebab jangan-jangan Anda telah memasuki dunia baru kegilaan. Tersenyum dan tertawalah sebab keduanya tanda kegembiraan hati, keriangan jiwa dan keceriaan kalbu. Tersenyumlah sebab dengan tersenyum Anda telah menyelesaikan separoh dari masalah dan problema Anda. Sungguh wajah yang senantiasa berseri-seri, murah senyum, selalu tampak ceria jauh lebih menjanjikan kebahagiaan, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang – orang disekelilingnya. Bahkan konon orang arab senang memuji orang yang selalu murah senyum. Menurut mereka, orang yang murah senyum berarti memiliki optimisme tinggi dalam menyikapi masalah, memiliki kelapangan dada, berwibawa dan penuh respon terhdap sesama. Bahkan Rasululah sendiri pernah menuturkan bahwa senyum kita pada saudara kita adalah sedekah. Karenanya, tersenyumlah, tertawalah asal sewajarnya dan tidak berlebihan.
Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk rela, ridlo dan sabar dalam menerima dan menangggung cobaan dan ujian serta justeru menyongsongnya dengan senyum menantang tanpa harus terlibat dan hanyut dalam kesedihan yang tiada henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar